Wednesday, May 25, 2011

Materi Dhamma class Bab 2 Ketuhanan Dalam Agama Buddha

KONSEP KETUHANAN DALAM AGAMA BUDDHA (1)

I.           PENGERTIAN KETUHANAN
A.      Ketuhanan Yang Maha Esa
1.       Setiap agama bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa
a.       Islam : Cuma satu-satunya (Tauhid) ada di dalam surat Al-Ikhlas
b.      Kristen: Trinitas (Bapa-Putra-Roh Kudus) ada di dalam Credo
c.       Hindu : Tri Murti (Brahma-Vishnu-Shiva) ada di dalam kitab Purana (Brahma Purana)
d.      Khong Hu Cu : Thien ada di dalam kitab Yi Ching
e.      Buddha : Nibbana (Terbebas dari lobha, dosa, moha= penderitaan) ada di dalam kitab Udana VIII:3
2.       Agama Buddha juga bersendikan Ketuhanan YME
Komentar: Tuhan dalam agama Buddha ialah Impersonal (tidak berpribadi) artinya tidak memiliki sifat-sifat seperti manusia dan tidak berbentuk seperti manusia.
3.       Akibat adanya keyakinan terhadap Tuhan YME
Maka akan timbul saddha (keyakinan yang tidak membuta). Sehingga yakin terhadap Nibbana, setelah yakin akibatnya mempraktikkan Sila-Samadhi-Panna untuk merealisasi Nibbana
4.       Perealisasian Ketuhanan YME
Komentarnya: Harus dialami sendiri dan Cuma ada satu Jalan yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan.

B.      Salah pandangan yang mengatakan bahwa agama Buddha tidak bertuhan.
Karena tidak berpribadi/inti (Anatta)

C.      Pengertian Ketuhanan YME menurut ajaran Buddha
1.       Aspek Navy yaitu meniadakan lobha, dosa, moha
2.       Tidak dipandang sebagai suatu pribadi karena Anatta dan Impersonal
3.       Udana VIII:3 isinya “Para bhikkhu ada yang tidak menjelma, tidak dilahirkan, tidak tercipta, tidak berkondisi, mutlak adanya, ….”
4.       Cara untuk dapat memahami hakekat Ketuhanan ialah dengan cara menjalankan Sila-Samadhi-Panna

D.      Kesimpulan bahwa agama Buddha mengajarkan keyakinan terhadap Ketuhanan YME yaitu berdasarkan atas keyakinan (mengajarkan ketuhanan YME dan Suci)

II.         HAL-HAL YANG SECARA UMUM DAPAT DIKAITKAN DENGAN HAKEKAT KETUHANAN YME
A.      Konsep Ketuhanan yaitu NIbbana = Anatta
B.      Agama Buddha menolak doktrin Brahmanisme yaitu adanya Roh yang KEKAL
C.      Agama Buddha menolak doktrin Materialisme ialah tidak ada batin dan jasmani atau hancur semua

III.       KESIMPULAN TENTANG HAKEKAT KETUHANAN
A.      Mengacu sebagai tujuan hidup yaitu kita yang harus aktif untuk merealisasi kebahagiaan kekal sebagai tujuan hidup kita
B.      Konsep Ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain
Komentarnya: Bahwa agama Buddha tidak pernah berlindung kepada apa pun selain kepada diri sendiri.




KONSEP KETUHANAN DALAM AGAMA BUDDHA (2)

1.       KONSEP KETUHANAN IDENTIK DENGAN KONSEP KESELAMATAN ATAU KEBEBASAN

2.       ADA 3 SISTIM KONSEP KESELAMATAN
A.   Ortodox ialah segala sesuatu ditentukan oleh yng di Atas
B.   Heterodox ialah Campuran (Usaha + telah ditentukan)
C.   Independent ialah Kemandirian (Usaha sendiri)

3.       KONSEP KESELAMATAN DALAM AGAMA BUDDHA
A.      Nibbana : Orang yang yang telah meraih Nibbana baru dapat dikatakan telah selamat
B.      Anatta : Kita harus menyadari Anatta agar dapat merealisasi Nibbana. Karena kita sendiri Anatta dan Nibbana Anatta maka kita dapat mengalami kekalan Nibbana dalam batin

4.          NIBBANA
A.      Apa? Terbebas dari kondisi lobha, dosa, moha, samsara, proses
i.      Benarkah Nibbana itu ada? 100% ada (karena ada LDM, maka ada yang terbebas dari LDM)
ii.    Maha Suci, Maha Esa artinya Maha Suci telah terbebas dari LDM. Maha Esa yaitu karena Nibbana Cuma satu-satunya.
B.      Mengapa? Karena Nibbana tujuan akhir untuk merealisasi Kebabasan Mutlak
C.      Dimana? Distu ada LDM, maka disitu ada Nibbana (Di batin)
D.      Kapan? Saat LDM terhenti
E.       Bagaimana cara memahami hakikat Nibbana? Dengan melaksanakan Sila-Samadhi-Panna

5.          DEFENISI-DEFENISI LAIN TENTANG KETUHANAN
A.      Impersonal (bukan pribadi)
i.      Anthropomorphisme (tidak bersabda, melihat atau tidak memiliki bentuk manusia)
ii.    Anthorpopatisme (tidak memiliki sifat-sifat seperti manusia)
B.      Apakah konsep tersebut tidak menyalahi/bertentangan dengan Pancasila dasar Negara Republik Indonesia? Tidak karena setiap agama memiliki konsepnya masing-masing dan salah pandang bahwa agama Buddha tidak berketuhanan
C.      Munculnya konsep Immanent dan Transendent
i.      Immanent yaitu Tuhan yang ada di dalam hati nurani
ii.    Transendet yaitu Tuhan yang jauh, yang tanpa kata-kata
D.      Apakah yang personal itubetul-betul ada?
i.      Konsepnya (memang ada)
ii.    Hakikatnya (tidak ada)
Komentarnya: Konsep/doktrin ada 3 macam
1.       Konsep murni (tidak ada hakikat) yaitu kosong
2.       Konsep mewakili hakikat tentang sesuatu
3.       Hakikat itu sendiri

6.          BEBERAPA CERITA BERKENAAN DENGAN KONSEP KETUHANAN
A.      Cerita Ortodox dan Heterodox serta penjelasan dari sudut pandang Hukum Kamma
Contoh: O (menganut faham Ortodox), dan H (menganut faham Heterodox)
Begini ceritanya:
H berkunjung ke rumah O. ia ingin membicarakan mana yang lebih baik antara faham Ortodox atau Heterodox dan akhirnya setelah berbincang-bincang lama, mereka tidak mendapati keputusan sepakat yang mufakat. Akhirnya H minta izin pulang. Namun, ditengah perjalanan pulangnya H melihat seorang tukang jeruk pikul sedang memunguti buah jeruk yang jatuh, karena H adalah penganut faham Heterodox yang saleh maka ia pun membantu tukang jeruk yang kerepotan itu. Sebagai ucapan terima kasih maka H diberikan 10 buah jeruk yang ranum dan menggiurkan. Ternyata dengan penuh kesadaran tentang faham Heterdoxnya, ia berbalik arah pergi ke rumah O. di gedor-gedor rumah O yang sedang tertidur setelah perdebatan yang melelahkan tersebut.
Selanjutnya O membuka pintu rumahnya. Dan H dengan semangatnya ingin menyampaikan bukti-bukti dari pengalaman hidupnya yang berhubungan faham Heterodoxnya. Lalu O mempersilahkan H untuk duduk. Sambil menghabiskan 10 buah jeruk yang manis dan ranum tersebut akhirnya H menjelaskan maksud kedatangannya kembali. Setelah H menjelaskan maksudnya kepada O dengan perasaan senang gembira dan setelah itu O berkomentar.
“Oh…begitu….itu kan kamu! Saya sedari tadi tidak berbuat apa-apa tapi tiba-tiba kamu membawakan saya 5 buah jeruk ranum dari kamu!
Dari cerita tadi dapatka diambil kesimpulan bahwa Ortodox dan Heterodox adalah bentuk-bentuk dari kamma yang berproses.

7.          AKIBAT-AKIBAT YANG TERJADI KARENA ADANYA KEYAKINAN TERHADAP KETUHANAN YME
Komentarnya: Mengakibatkan kita menjalankan Sila-Samadhi-Panna

8.          PERTANYAAN TENTANG KONSEP KETUHANAN
A.      Mengapa Ketuhanan mengacu kepada Nibbana?
i.      Karena Nibbana merupakan otoritas tertinggi di dalam agama Buddha
ii.    Karena Nibbana telah terbebas dari Tanha (lobha, dosa, moha) yaitu keinginan nafsu rendah
iii.   Karena Nibbana impersonal (bukan orang/pribadi)
B.      Sifat-sfat tuhan dalam agama Buddha?
i.      Tidak memiliki:
1.    Anthropomorphisme : tidak berbentuk manusia. Contoh: tidak spt laki-laki atau wanita, binatang, cahaya, huruf, dll
2.    Anthropopatisme : tidak memiliki sifat-sifat spt manusia. Contoh: marah, cemburu, dendam, pengasih, penyayang, dll
ii.    Tetapi hanya memiliki 2 hal, yaitu:
1.    Maha Esa yaitu Nibbana Cuma satu dan untuk merealisasi Nibbana hany ada satu jalan yaitu Jalan Mulia Berunsur 8 (Ariya Atthangika Magga)
2.    Maha Suci yaitu Nibbana tidak terkena hal-hal yang bersifat duniawi (lokiya) tetapi Nibbana diatas duniawi (lokuttara).
C.      Mengapa Impersonal?
i.      Karena jika personal akan berkondisi, yang berkondisi selalu berubah, dan berproses. Jika berproses dan berubah tidak kekal. Maka yang personal dan berkondisi selalu akan berubah, hancur, dan musnah.
ii.    Kalau personal dapat sering disalahkan dan direndahkan
D.      Bolehkah Impersonal tersebut exist di Indonesia?
i.      Boleh, karena tidak melanggar Pancasila RI ke 1, dan UUD 1945 ayat 1 dan 2.
ii.    Contoh: Islam (Tauhid), Kristen (Trinitas), Hindu (Tri Murti), Khong Hu Cu (Thien), Tao (Im Yang), Buddha (Impersonal).
iii.   Setiap agama mengenai konsep ketuhanannya tidak akan sama
E.       Siapa yang maha pencipta?
i.                     Di dalam agama Buddha tidak ada causa prima, sebab semuanya selalu berkondisi, dan permulaan/awal itu sangat kompleks.
ii.                   Contoh: Pisang goring, pisang goring dapat jadi karena ada banyak sebab. Antara lain: pisang, minyak goring, terigu, kompor, manusia pembuat, dll. Lalu pisang [un banyak kondisinya untuk terjadi menjadi buah pisang dll. Itu baru pisang goring, lalu kita mau bicara Tuhan? Sulit yang maha pencipta di dalam agama Buddha ialah kondisi-kondisi.
F.       Apakah yang tidak berkondisi itu benar-benar ada?
i.                     Karena yang berkondisi itu selalu berubah, yang selalu berubah itu tidak memuaskan, yang tidak memuaskan itu adalah dukkha (penderitaan)
ii.                   Yang tidak berkondisi itu benar-benar ada, kita tahu dari:
1.       Dari kitab suci Udana VIII:3
2.       Dari logika yaitu: ada gelap maka ada terang. Ada yg berkondisi maka ada yg tidak berkondisi
3.       Mengalami langsung selagi masih hidup dengan menjadi Arahat
G.     Apakah merealisasi/menagalami Nibbana sama dengan menjadi Tuhan?
i.                     Jawabannya: Tidak
ii.                   Contohnya: jika Nibbana diibaratkan ancol, maka jika kita melihat ancol apakah kita menjadi ancol? Tentu tidak, kita hanya orang yang telah melihat/mengalami ancol apa adanya.
H.      Apakah sesudah Parinibbana (wafat untuk Arahat) masih ada atau tidak?
i.                     Apakah Sang Buddha wafat masih ada atau tidak?
1.       Cattu Skoti (4 pernyataan jawaban)
a.       Apakah Sang Buddha ada setelah wafat? (+) positif
b.      Apakah Sang Buddha tiada setelah wafat? (-) negative
c.       Apakah Sang Buddha ada dan tiada setelah wafat (+,-) konjungtif
d.      Apakah Sang Buddha bukan ada dan tidak tiada setelah wafat? – (+,-) disjungtif
2.       Contoh orang buta sejak lahir ditanya warna hijau
a.       Apakah hijau itu bundar?
b.      Apakah hijau itu kotak?
c.       Apakah hijau itu lonjong?
d.      Apakah hijau tidak berbentuk?
3.       Contoh orang mandul yg ditanya tentang warna kulitnya
a.       Apakah orang mandul itu kulit anaknya putih?
b.      Apakah orang mandul itu kulit anaknya hitam?
c.       Apakah orang mandul itu kulit anaknya abu-abu?
d.      Apakah orang mandul itu kulit anaknya belang/tak berwarna?
ii.                   Mengapa?
1.       Karena hal-hal yang mengenai warna tidak bias dijelaskan dengan bentuk apa pun
2.       Begitu pula hal-hal yang berkondisi tidak dapat menjelaskan hal-hal yang tidak berkondisi dan tidak dapat diuraikan dengan kata-kata

9.          FASE-FASE KONSEP KETUHANAN DI DUNIA
i.                     Keyakinan manusia dipengaruhi oleh pola piker dan pola hidup yang nantinya dijadikan ketergantungan/perlindungan dari makhluk tersebut
ii.                   5 fase Ketuhanan

 
POLA HIDUP
POLA PIKIR
Zaman Purba
*Apa saja yang dianggap dapat melindungi disembah
*karena tergantung pada binatang maka ia menyembah hewan
Zaman bercocok tanam
*Mereka tergantung pada iklim, lalu dibentuk sesuatu yang mengatur iklim yaitu dewa dan dewi
*ada pula yang menyembah kekuatan-kekuatan alam misalnya: pohon, petir, api, air, dll
Zaman Industri sederhana
*Mereka sudah dapat membuat rumah, baju, bangku, dll dan mereka berpikir, kalau saya bias membuat sesuatu, lalu siapa yang menciptakan saya? Lalu dibuat konsep berdasarkan akal yaitu gaib (maha pencipta)
Zaman industry besar
*peradaban sangat maju ada yang pergi ke antar planet dan tekhnologi maju pesat mereka berpikir, saya dapat membuat segala hal maka sayalah Tuhan
Spiritual maju
*Nanti ada orang yang merenung tentang siapa saya? Lalu ia menembus kesunyataan bahwa saya adalah perpaduan antara Batin dan Jasmani. Batin dan Jasmani selalu berubah, tidak memuaskan, dan tidak dapat dimiliki sepenuhnya. Jadi tidak ada yang namanya ‘ini milikku’, ‘ini aku’, dll. Ia merealiasi kesucian dan batinnya tidak ternoda oleh hal-hal duniawi. Ia merealisasi Nibbana, kebahagiaan mutlak.

10.          KESELAMATAN DALAM AGAMA BUDDHA DAN DUNIA
i.                     Orthodox
ii.                   Heterodox
iii.                  Independet

Materi ini dipelajari berdasarkan kurikulum susunan Bpk. Doddy Herwidanto., MA., SAg. Dhamma Study Group Bogor

No comments:

Post a Comment