Wednesday, May 25, 2011

Materi Dhamma class Bab 1 Agama dan Tujuan Hidup

AGAMA & TUJUAN HIDUP

PENDAHULUAN

Sebelum membahas Buddha Dhamma, pertamakali kita harus membahas dahulu apa itu agama dan tujuan hidup menurut umum dan menurut Dhamma. Mengapa pembahasan agama dan tujuan hidup itu menjadi pembahasan pertama? Alasannya adalah:
1.     Karena bangsa Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang beragama (bangsa Indonesia melarang faham atheis dan komunis). Tapi apakah mereka mengetahui arti kata agama dengan sebenarnya?
2.     Karena hidup itu harus mempunyai tujuan. Apabila mengerti ada tujuan yang akan dicapai maka timbul keinginan untuk mencapai tujuan tersebut.
3.     Skema :
*Kita memiliki tujuan/goal, selanjutnya kita mengarah pada tujuan/goal.
*Namun kita butuh proses, dari kita ke goal.
*Proses tersebut menimbulkan gangguan dan halangan.
*Gangguan dan halangan tersebut dating dari 2 arah yaitu: dalam diri dan luar diri
*Halangan dari dalam diri yaitu kekotoran batin kita: malas, pandangan salah, marah, dll
*Halangan dari luar diri yaitu hujan, macet, panas, dingin, masyarakat, dll
*Manakah halangan yang seungguhnya paling berat? Dari dalam diri

I.   DEFENISI AGAMA

Secara umum ada yang menyatakan arti dari kata agama adalah:

1.     Dari kata A yang berarti tidak dan gama yang berarti kacau. Jadi artinya tidak kacau. Maksud dari supaya agar tidak kacau, setiap orang harus mempunyai paganggan hidup. Tetapi arti dari kata a = tidak, gama= kacau, tersebut tidak ada dalam kamus/kitab manapun. Jadi hal ini tidak dapat kita terima sebagai penulisan ilmiah.
2.     Kata agama berasal dari Catur Agama. Pada zaman dahulu di Nusantara, ajaran Buddha yang ada dan sering dipelajari orang-orang adalah Catur Agama yang terdiri dari empat bagian kitab yaitu:
a.        Dirgha Gama yaitu pelajaran/kitab yang berisikan khotbah-khotbah panjang dari Sang Buddha
b.        Madya Gama yaitu pelajaran/kitab yang berisikan khotbah-khotbah menengah dari Sang Buddha
c.        Sangyukta Gama yaitu pelajaran/kitab yang berisikan khotbah-khotbah pendek dari Sang Buddha
d.        Ekottarika Gama yaitu pelajaran/kitab yang berisikan khotbah-khotbah sangat singkt dari Sang Buddha
Jadi apabila ada seseorang ingin mempelajari ajaran Buddha maka dia akan berkata “Saya akan belajar agama”. Kata agama dalam hal ini bias diterima. Pada zaman sekarang Catur Agama sudah sulit dijumpai, tetapi kita dapat menemukannya atau mempelajarinya pada kitab Tipitaka dibagian Sutta Pitaka yaitu Panca Nikaya.
Digha NIkaya, Majjhima Nikaya, Samyutta Nikaya, Anguttara Nikaya, Khuddhaka NIkaya (semua dalam Pali Tex).
3.     Kata agama berasal dari system pengambilan kesimpulan di India. System pengambilan kesimpulan tersebut yaitu Nigama = deduktif dan Agama = Induktif. Contoh:
a.  Nigama (Deduktif = dari luas ke sempit): Semua orang Bogor kaya raya, si Budi, Iwan orang bogor.
b.  Agama (induktif = dari sempit ke luas): Iwan, Budi mereka kaya raya, semua orang Bogor.
4.     Kata agama berasal dari akar kata gacc (√gacc ) yang berarti pegi kea tau menuju ke. Akar kata merupakan pengambilan kata yang paling dasar. Bahasa Pali merupakan bahasa yang paling kuno di India dan belum ada tulisannya. Setelah itu berkembang menjadai bahasa Pakrit yang telah memiliki tulisan tetapi sederhana dan kemudian berkembang menjadi bahasa Sanskrit (sansekerta) yang memiliki tulisan/huruf Dewanagari. Dan bahasa Sanskrit dari mulai bahasa Pali sampai dengan bahasa Sanskrit itu tidak berubah sebutan dan artinya. Dari sini bias diterima tetapi akan timbul suatu pertanyaan seperti: Apabila artinya “menuju ke” maka pasti ada tujuannya (tempat yang dituju), tapi menuju kemana?

II.        Tujuan Hidup
Tujuan hidup setiap makhluk adalah mencari kebahagiaan. Kebahagiaan disini diartikan sebagai tercapainya cita-cita/yang diinginkan atau waktu perlu ada. Tapi, apakah bahagia seperti itu kekal?

III.      Kebahagiaan
Ternyata kebahagiaan tersebut merupakan bahagia yang berkondisi. Dan bahagia tersebut tidaklah kekal. Seperti contoh, apabila kita belajar maka tujuan kita adalah lulus ujian. Akhirnya setelah ujian dan dinyatakan lulus maka kita senang (artinya tercapai cita-cita) tetapi apakah kita dapat mempertahankan momen senang it uterus menerus?
Apakah setelah itu kita mendengar kabar orang tua kita meninggal, apakah momen kesenangan bahwa kita telah lulus itu masih terus muncul? Jawabannya adalah kebahagiaan tersebut masih berkondisi. Maksudnya adalah berubah-ubah (berproses). Oleh karena itu, banyak orang akhirnya mencari kebahagiaan yang kekal. Maka banyak orang memberikan konsep-konsep kebahagiaan yang kekal (entah dari pengertian sendiri atau pun dibantu oleh makhluk-makhluk.
Terdapat 4 macam kebahagiaan:
1.        Surga
Penuh dengan kesenangan indera dan kegembiraan yang tiada taranya. Disana, mereka akan hidup kekal dengan kegembiraan dan     kesenangan indera karena disurga terdapat pemandangan yang indah dengan penghuni-penghuninya yang cantik dan tampan (pokoknya segalanya indah).

2.        Brahma
Alam Brahma itu lebih tinggi dari surge. Surge yang mash diliputi oleh kesenangan indera masih terbilang rendah sipiritualnya. Karena mereka berfikir apabila masih terdapat kesenangan indera dan masih melekatinya, maka itu akan mengalami kondisi (berkondisi) dan akan berakhir, tetapi di alam Brahma adalah kekal dan tertinggi karena sudah terbebas dari kesenangan indera.

3.        Arupa Brahma
Mereka berfikir bahwa Brahma itu masih memiliki materi (jasmani). Dan dalam pikiran mereka jasmaniah yang membuat mereka tidak kekal (karena apabila ada jasmaniah maka akan berproses). Jadi jasmaniahlah sumber penderitaan. Maka mereka berpikir bahwa Brahma tanpa materilah yang tertinggi (Arupa Brahma).

4.        Nibbana
Merupakan kebahagiaan tertinggi yang menjadi tujuan dari umat Buddha. Mengapa Nibbana yang terpilih?

IV.      NIbbana
1.        Apakah Nibbana itu? Dan mengapa yang dipilih adalah Nibbana?
Nibbana adalah terbebas dari lobha, dosa, dan moha

*Karena yang membuat kita tidak bahagia adalah 3 akar kejahatan, yaitu:
a. lobha = keserakahan yang berarti melekat pada obyek-obyek yang menyenangkan. Cirinya cenderung melebih-lebihkan (melekat).
b. dosa = kebencian yang berarti menolak kepada obyek-obyek yang tidak menyenangkan. Cirinya cenderung menjelek-jelekan (menolak)
c. moha = kegelapan batin yang berarti tidak mengetahui yang baik dan buruk. Cirinya cenderung ikut-ikutan (tak ada pegangan).

*Tujuan hidup kita adalah terbebas dari lobha, dosa, dan moha yaitu merealisasi Nibbana.
*mengapa bukan surge, Brahma, dan Arupa Brahma? Karena pada alam-alam tersebut masih memiliki lobha, dosa, dan moha yang artinya masih berkondisi (timbul, berlangsung, padam). Apa buktinya bahwa surge, brahma, dan arupa brahma tersebut masih berkondisi?
*Contoh: dalam agama Buddha dkenal 31 alam kehidupan. Surga, Brahma, dan Arupa Brahma merupakan salah satu bagian dari 31 alam kehidupan tersebut. Karena masih terdapat lobha, dosa, dan moha, makhluk-makhluknya masih berputar-putar di 31 alam kehidupan. Apabila sudah tidak terdapat lobha, dosa, dan moha maka akan terbebas dari 31 alam kehidupan dan tidak akan hidup-mati lagi tetapi sudah terbebas dari semua itu yaitu Nibbana.

2.        Apakah Nibbana benar-benar ada? Dari mana kita tahu?
Kita mengetahui adanya Nibbana bukan sekedar percaya saja atau yakin saja. Tetapi kita dapat mengetahui Nibbana itu ada melalui 3 cara yaitu:
a.        Dari kitab suci Tipitaka Udana VIII : 3
b.        Dengan analogi bahwa hal tersebut dapat diterima secara logika. Antara lain:
-adanya gelap karena ada perbandingan yaitu terang
-adanay besar karena ada perbandingan yaitu kecil
-adanya yang tak berkondisi (NIbbana) karena ada perbandingannya yaitu yang berkondisi
-suatu garis apakah dapat dikatakan pendek/panjang? Tidak dapat, karena belum ada pembandngnya
Itu adalah beberapa pembahasan secara analogi yg biasa diterima oleh logika
-Sang Buddha bersabda: “Di dalam tubuh yang sedepa ini terdapat dukkha, sebab dukkha, terhentinya dukkha, dan jalan menuju terhentinya dukkha. Dan analogi yang dapat diterima dengan Atthangika Magga (ada Lobha, dosa, dan moha maka ada yang tidak ada lobha, dosa, dan moha) atau ada yang berkondisi maka ada yang tidak berkondisi.

3.       Penjelasan tingkatan Panna (dengan analogi)
a. Suta Maya Panna (Panna  yang timbul karena mendengar/belajar)
b. Cinta Maya Panna (Panna yang timbul karena logika)
c. Bhavana Maya Panna (Panna yang timbul karena sudah mengalami langsung)

V.        Hidup
a.        Apa itu hidup? Proses dari nama dan rupa karena berkondisi
b.        Mengapa hidup? Karena berkondisi
c.        Kapan hidup? Saat ini
d.        Dimana hidup? Disini
e.        Bagaimana hidup itu ? karena berkondisi dicengkeram oleh dukkha
f.         Penjelasan antara hidup dan kehidupan
1.        Hidup adanya adanya Nama dan Rupa
2.        Kehidupan adalah proses Nama dan Rupa

VI.                  TUJUAN HIDUP DALAM AGAMA BUDDHA
a.        Tujuan hidup bukan sekedar mencapai kebahagiaan yang berkondisi, tetapi juga sampai dapat merealisasi kebahagiaan yang tidak berkondisi. Komentar: berarti kebahagiaan duniawi perlu untuk menunjang tercapai kebahagiaan tertinggi yaitu merealisasi Nibbana.
b.        Pandangan salah terhadap tujuan hidup dalam agama Buddha. Komentarnya: tujuan hidup agama Buddha bukanlah sesuatu diatur oleh Sang Maha Tinggi, berserah, bersujud maka akan tercapai, tetapi tujuan hidup agama Buddha yaitu dengan sekuat tenaga menjalankan ajaran Sang Buddha hingga dapat merealisasi Nibbana.
c.        Beberapa Sutta yang merupakan penjelasan untuk mengatasi pandangan salah terhadap tujuan hidup dalam agama Buddha. Komentarnya: terdapat dalam Brahma Jala Sutta
d.        Penjelasan kesimpulan tujuan hidup. Komentarnya: manusia itu sendirilah yang harus berusaha untuk mencapai tujuan hidupnya, jadi tidak ada yang menjadi pengatur di belakang itu.

 Materi ini dipelajari berdasarkan kurikulum susunan Bpk. Doddy Herwidanto., MA., SAg. Dhamma Study Group Bogor

No comments:

Post a Comment